Jika sebuah ruangan difungsikan untuk ruang percakapan, misalnya ruang konferensi, ruang drama, ruang kelas dan ruang pengadilan, parameter akustik utama yang harus diperhatikan adalah tingkat kejelasan suara ucapan (speech intelligibility). Apabila tingkat kejelasan suara ucapan yang baik dapat dicapai, maka informasi yang disampaikan oleh pembicara akan sampai dengan sempurna pada pendengar. Untuk mencapai kondisi tersebut, hal-hal berikut harus dipertimbangkan dalam desain akustik ruang percakapan:
- Berapa tingkat bising yang diinginkan hadir dalam ruangan?
- Berapa waktu dengung ruangan/Berapa ukuran ruangan/berapa banyak permukaan penyerap suara yang harus dipasang?
- bagaimana geometri ruangan? (berkaitan dengan pantulan, flutter echoe, sound focusing dan difusi suara)
- Apakah perlu dipasang sistem tata suara (sound reinforcement system)?
Point pertama berkaitan dengan beda level energi suara yang ingin didengarkan dengan level bising latar belakang, atau yang biasa disebut Signal to Noise Ratio (SNR). Bising latar belakang yang mungkin terjadi pada umumnya berasal dari:
- Sumber bising eksternal (traffic noise, pesawat terbang, kereta api, dsb). Hal ini harus dikendalikan dengan sistem insulasi pada dinding, lantai dan langit-langit.
- Sumber bising dari aktifitas di koridor, foyer atau toilet
- Sistem tata udara (AC) dan sistem mekanik lainnya (pompa misalnya)
Pada umumnya tingkat bising yang diijinkan adalah antara 30-35 dB (25-30 dB untuk ruang drama)
Point kedua berkaitan dengan berapa lama energi suara diharapkan bertahan dalam ruangan. Karena besaran speech intelligibility pada dasarnya adalah merupakan perbandingan antara energi suara yang datang ke pendengar pada awal 50-80 ms dengan energi total yang dirasakan pendengar dalam ruangan, maka waktu dengung ruangan menjadi sangat besar pengaruhnya. Waktu dengung yang disarankan berkisar antara 0.7 - 1 detik, bergantung dari ukuran ruangan. Untuk mencapai waktu dengung ruang yang disarankan inilah pemakaian bahan penyerap energi suara diperlukan. Luasan permukaan yang menyerap suara dan volume ruangan akan menentukan seberapa besar dengung dalam ruangan.
Point ketiga berkaitan dengan perilaku pemantulan suara dalam ruangan. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk ruang dan posisi pemantul dan penyerap di dalam ruangan. Dinding dan langit-langit ruangan merupakan bagian permukaan ruang yang digunakan untuk mengendalikan pola pemantulan. Beberapa hal berikut perlu dijadikan catatan:
- Dinding samping dan langit-langit sebaiknya dibuat dari permukaan yang memantulkan suara, untuk mengoptimumkan pantulan energi suara dari sumber sehingga memperkuat suara langsung.
- Bagian bidang pertemuan antara dinding dan langit-langit sebaiknya dibuat absorptive (menyerap suara).
- Dinding belakang sebaiknya terbuat dari bahan penyerap suara atau pendifuse suara (diffusor), untuk menghindarkan terjadinya pantulan dengan delay yang panjang (late refelctions).
- Jarak pembicara dan pendengar dibuat sedekat mungkin (bentuk lantai teater lebih baik dari pada datar)
- Sebaiknya posisi pembicara lebih tinggi dari pendengar.
- Berikan porsi pantulan awal (dalam rentang 50-80 ms) yang merata pada seluruh daerah pendengar. (sebagai acuan praktis: beda jarak tempuh suara langsung dan suara pantulan < 17 m)
- Perhatikan secara khusus permukaan-permukaan yang sejajar, karena bisa menimbulkan flutter echoe (pantulan berulang)
- Hindari permukaan keras yang cekung (dome-like) karena akan mengakibatkan sound focusing.
Point keempat hanya boleh dilakukan apabila ruangan sudah ditreatment akustik dengan baik (ruangan sudah dioptimasi secara akustik dengan baik, untuk menghasilkan suara yang natural).
Semoga bermanfaat.
assalamualaikum pak,
boleh saran nih ya pak, saya terus terang saja sering sekali mendapat keluhan baik itu dari temen saya ataupun yang lain bahwa desain akustik ruang masjidnya sangat jelek. sehingga pada saat khutbah, yang terdengar adalah suara ‘nggeremeng’ dari sang khatib.
nah, gimana kalo pak Joko juga memberikan sedikit teknik, tips dan trik (kebanyakan masjidnya dah jadi), untuk memperbaiki kondisinya. atau untuk desain awal, Insya Allah jadi amal jariah pak Joko. gimana pak?
wassalam,
Insya Allah saya akan coba tuliskan artikel tentang akustik Masjid, kebetulan group kami di bandung punya bbrp riset terkait. Secara garis besar, persoalannya sama dengan akustik untuk ruang speech, tetapi karena adanya keperluan “bersih dan Grande” pilihan material finishing utk masjid biasanya adalah material2 keras seperti marmer, GRC, granit dan sbgnya yang menimbulkan pantulan yang sangat banyak. Belum lagi kalau masjidnya menggunakan kubah/dome. bertambah lagi persoalan sound focusing. Dan problem yang ada kemudian diperburuk dengan pola penempatan dan pemilihan sistem tata suaranya.
Pingback: Akustik Masjid « Joko Sarwono’s Weblog
assalamualaikum
pak saya mau tanya..
bagaimana cara pengujian atau seperti apa pengujian untuk material akustik yang berupa dinding, agar dapat diketahui perbedaannya antara material yang satu dengan yang lainnya, semisal (dinding kayu dan dinding bata)
terima kasih
wassalam
hormat saya
Untuk rekan Iffan, terima kasih telah berkunjung.
Untuk pengukuran karakteristik akustik saya akan coba jawab secara singkat ya:
1. Untuk pengukuran kemampuan material menyerap suara (parameter yang digunakan adalah koefisien absorpsi atau alpha) dapat dilakukan dengan menggunakan tabung impedansi akustik (hasil adalah alpha dengan sudut datang normal) atau dengan menempatkan material pada ruangan lab khusus untuk mengukur alpha random (ruang dengung atau reverberation chamber). Cara pertama menggunakan metode pendeteksian puncak dan lembah gelombang akustik, sedangkan cara kedua menggunakan metode selisih waktu dengung.
2. Untuk pengukuran kemampuan material menahan suara/insulasi (parameter yang digunakan adalah transmission Loss), digunakan dua buah ruangan dengung terkopel (transmission suite) dimana material diletakkan pada dinding penghubung 2 ruang tersebut. Salah satu ruang berfungsi sebagai ruangan sumber (tempat loudspeaker diposisikan) dan ruang lainnya berfungsi sebagai ruang penerima. Metode yang digunakan adalah membandingkan tingkat tekanan suara pada kedua ruang dan pengukuran waktu dengung pada ruang penerima.
Untuk mengukuran kedua parameter secara insitu, bisa juga digunakan metode pengukuran medan Intensitas suara menggunakan intensity probe atrau microphone array
semoga membantu
salam – JS
Pak, sy mhssw arsitektur semester akhir. Proyek Tugas Akhir sy tentang Convention Centre.
Gimana y pak tentang persyaratan akustiknya?ap sama dengan r.percakapan?
Mohon dijelaskan tentang detail material yg dgunakan utk mendptkan kondisi akustik yg baik Pak….
Trims
Alhamdulillah
Terima kasih atas masukannya pak, sangat membantu sekali..
Ada yang mau saya tanyakan lagi, jika tidak keberatan..
1.Nah bagaimana jika pengujian dilakukan dengan pembuatan prototipe sebuah ruangan dengan skala 1:1 pada ruang terbuka dengan perioritas pengukuran 24 jam, apakah hal itu sesuai dan tidak mengurangi unsur pengukuran akustik ruang tersebut?
2.Apa pedoman SNI yang bisa saya pakai?
Terima kasih
Wassalam
Hormat saya IF
Iffan:
1. Bisa saja dilakukan pengukuran pada mock up skala 1: 1, hanya saja perlu diperhatikan noise (bising) yang ada di tempat pengukuran. Jangan sampai bisingnya menjadi faktor yang dominan dibandingkan dengan sumber suara yang digunakan. Sumber suara sebaiknya digunakan sinyal yang steady (stabil) dan broadband (mencakup seluruh frekuensi suara pendengaran). Jadi tidak perlu melakukan pengukuran 24 jam, kecuali memang diinginkan demikian (noise lingkungan digunakan sebagai sumber). Cara yang disebutkan terakhir sebearnya tidak direkomendasikan, karena sifat noisenya yang tidak steady (sedangkan sifat insulasi menetap). Terutama kalo ingin melakukan komparasi beberapa bahan.
2. Sepengetahuan saya belum ada SNI yang secara khusus mengatur pedoman pengukuran insulasi (ada SNI, saya lupa nomernya, yang mengatur tentang pedoma material akustik untuk bangunan). Yang biasa direfer: BS 2750, ASTM E 336-84, ASTM E 413-73, ASTM E 596-78, ASTM E966-84, ISO 140-1978 (dan revisinya)
tabik
Pak, lab bapak di Teknik Fisika di mana ya?
Bisa konsutasi mendetail lwt blog ini saja ga Pak?
Soalnya sy berdomisili di Kalimantan…
Saya bingung Pak…kan tema yg sy ambil “Material akustik ruang”, tapi saya masih belum mendapatkan detail2 material akustik tersebut, seperti bagaimana menghitung kebutuhan material pemantul maupun penyerap dlm ruang2 Convention Centre, bagaimana kombinasi perletakannya, bagaimana bentuk ruang untuk tipe ruang seminar, lokakarya, forum,dsb (selama ini literatur yg ada kebanyakan hanya menjelaskan tentang tipe theater sj),dsb.
Mungkin bpk bisa memberi sy masukan..
Trims sebelumnya…
Pak, dimana bisa mendapatkan softwarenya ya?
Apa bisa didownload dari internet?
Kalo bisa, boleh tau situsnya apa Pak?
Buku karangan Pak Prasasto Satwiko sudah sy miliki dan sudah sy baca…
Hanya saja yg saya bingungkan mengenai bagaimana memilih bahan penyerap suara yang tepat dan bagaimana mengkombinasikannya dengan material lain serta spesifikasi pemasangan serta detail2nya. Apa di toko-toko bangunan bisa sy dapatkan Pak?
Sayang sy tidak berdomisili di Bandung ya pak,hiks hiks hiks….
mba’ Puput.
untuk material / bahan yang baik dan dapat menyerap suara dengan optimal, saya anjurkan pemakaian Yumen Board (www.indoyumenboard.com).
Sudah lama di produksi secara lokal, memakai bahan alami, bebas dari bahan kimia (buatan) dan aman untuk diri kita juga lingkungan.
Harga terjangkau, silahkan mencoba.
Salam
den Bagus
(domisili di Surabaya)
Pak, kalo boleh saya minta daftar pustaka untuk literatur seperti yang Bapak punya…
Barangkali bisa sy dapatkan di toko buku/Gramedia terdekat…
Trims
Pak, kalau boleh sy minta daftar pustaka buku2 yang bisa dijadikan literatur referensi seperti yg Bapak punya…
barangkali bisa sy dapatkan di toko2 buku terdekat atau melalui pemesanan…..
Trims
pak saya mau tanya..transmission loss intensitas bunyi yang merambat dr udra ke air berapa ya?
terima kasih
pak
saya mahasiswa tingkat akhir Teknik Elektro yang emngambil skripisi tentang ‘akustik Gereja Katholik’
yang saya mau tanyakan, bagaimana cara mengukur SNR dalam suatu ruang?
klo metode saya,
krena SNR adalah prbndingan S = sinyal (pembicaraan) dengan N = noise (aras bising latar belakang)
jadi, pertama-tama saya cari nilai aras bising latar belakang dulu, kmudian nilai sinyal pembicaraan saya dapat dengan mngukur dngan cara :
-menyalakan pink noise sebesar 65-70dB (suara pembicaraan) kmudian ditapis ole tapis 1/3 oktaf kmudian dikuatkan dan dikeluarkan oleh penyuara dodekahedron
-misalkan saja pada posisi A, nilai S pada posisi A didapat dengan meletakkan SLM pada posisi A, didapatlah nilai S pada posisi A
lalu nilai SNR pada posisi A adalah :
nilai S pada posisi A dikurangi N pada posisi A
–> SNR = S(A) – N(A)
menurut bapak bagaimana dngan metode yang sya gunakan?? ada saran ??
Thx
trima kasih pak
ada pertanyaan lagi nih pak…
fungsinya pengukuran parameter tanggapan frekuensi pada ruang apa y?
dan klo suatu ruang tidak mempunya tanggapan frekuensi yang baik apakah dampaknya dapat dirasakan langsung??
trima kasih sebelumnya
pak saya ada pertanyaan lagi
semoga ga bosan menjawab pertanyaan saya hihihihi
yang saya mau tanyakan tentang RT60.
RT60 itu kan waktu yang digunakan untuk meluruh sebesar 60 dB…dimana 60 dB itu adalah sepersejuta dari energi awalnya….
yang saya bingung dan saya mau tanyakan adalah,
60 dB itu dari perhitungan yang seperti apa,apakah
a. 10 log (I/Iref) ; dimana I = 10 pangkat -6 dan I ref = 10 pangkat -12.
b. yang lainya yang saya blom tau
trima kasih banyak pak
Sandro,
RT60 diperkenalkan oleh Sabine, utk menunjukkan seberapa lama energi suara dapat bertahan (audible) dalam sebuah ruangan. Dari hasil pengukurannya, kemudian diperoleh bahwa bila energi sudah meluruh sebesar 60 dB, maka suara menjadi unaudible (tdk terdengar lagi), itu sebabnya disebut T60 (dipengaruhi oleh Volume ruangan, karakter permukaan dalam ruangan dan luasnya, serta sebuah konstanta). Dalam prateknya, tentu saja sulit untuk mendeteksi peluruhan penuh 60 dB, misalnya saja dalam sebuah ruangan percakapan: bila background noise saja sudah 40 dB, dan suara sumber ucapan sekitar 65 dB, maka suara 65 dB yg meluruh sebanyak 25 dB pun sudah akan tenggelam dalam background. Itulah salah satu alasan mengapa kemudian waktu dengung atau reverberation time didekati dengan peluruhan 10 dB, 20 dB, 30 dB dalam bentuk T10 atau EDT, T20, dan T30, sesuai dengan karakteristik peluruhan ruangan. Dan ingat, setiap titik dalam ruangan akan memiliki waktu dengung/reverberation yang berbeda-beda. Kalau menggunakan pendekatan T60 Sabine, maka dianggap harga di semua titik sama besar, karena memang awalnya dikembangkan berdasarkan konsep energi tunak.
kembali ke pertanyaan anda, bgmn menghitung 60 dB nya: sederhana sajah, anda bunyikan sebuah sumber dalam ruangan sebesar minimum 60 dB (tergantung backgroundnya), kemudian matikan suara itu, hitung waktunya sampai si sumber berkurang levelnya sebesar 60 dB. Waktu peluruhan itu yang akan disebut sebagai T60.
Semoga menjawab.
salam Joko
pak,
saya ada pertanyaan lagi
tentang tanggapan frekuensi ruangan…
spektrum frekuensi ruang itu ditentukan oleh apa aja pak? apakah oleh ukuran ruang atau yang lain?
trima kasih sebelumnya
Mas Sandro,
Tanggapan frekuensi ruangan pada dasarnya ada bagaimana ruangan tersebut meresponse suara yang “berbunyi” di dalamnya. Jadi secara umum tentunya ditentukan oleh karakteristik permukaan dalam ruangan, serta dipengaruhi oleh bentuk ruangannya….
slamat siang pak Joko,
saya sedang skripsi mengenai akustika ruang ibadah,saya memakai parameter parameter yang diatur oleh ISO 3382
yaitu RT 60,EDT,C80,D50 yang saya mau tanyakan mengapa dalam ISO ini dalam mengukur RT kita harus mengukur dalam 2versi yaitu RT60 dan RT10(EDT) bukannya pake salah satu saja udah bisa??secara teknis apa perbedaan kedua RT tersebut?dan apa yang ingin diperoleh dari pengukuran RT 60 dan RT 10?trimakasih sebelumnya pak
Wasalam
Pak Joko yth,
Saya sedang mengset sound system di masjid menggunakan power mixer Behringer dan speaker 3G Audio. Berapa ketinggian speaker harus sy pasang? Bagaimana mengurangi storing tetapi mic tetap sensitif? Bagaimana setelan equalizernya yg cocok? Terima kasih banyak sebelumnya.
Pak Harry ysh,
Ketinggian loudspeaker akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik dispersi dari si loudspeaker (mestinya ada di brosurnya, H/V coverage). Jika sudut dispersi diketahui, tinggal disesuaikan dengan ukuran ruang dan cakupan yang diinginkan di area pendengar. Mengurangi storingnya tentu saja dengan menempatkan posisi mic di luar area coverage loudspeaker. sedangkan equalisasinya akan sangat dipengaruhi oleh karakter response frekuensi ruangan.
wassalam
pak saya jeffer…
saya sedang akan membuat skripsi tentang analisis akustik karoke..namun dosen pembimbing saya menyarankan agar saya memiliki software yang bapak sebutkan tadi..jika tidak saya harus mengganti judul..dimana saya bisa mendapatkan (beli) software tsb yah pak..mohon bantuannya..
software yang mana yang dimaksud ya?
selamat malam pak, saya mahasiswa teknik elektro yang sedang mengambil proyek. Proyek saya tentang audio feedback eliminator with notch filter.
Saya ingin bertanya, bagaimana cara kita mengukur spektrum frekuensi suatu ruang yang benar?apakah ditembakan sumber bunyi lalu diukur gitu saja (bisa dengan sftwr spectralab)? jika iya, apakah nanti hasilnya dapat terlihat nilai2 frekuensi yang cukup tinggi yang menganggu yang mengakibatkan adanya audio feedback?
terima kasih banyak
pak saya mau nanya kira2 bapak ngerti ga pengertian dri metode tabung impedansi..?
saya udah cari browsing di google ga ketemu pengertian dri tabung impedansi…!!
yang saya dapat bahasa inggris yg rumit di artikan..!!
kira2 bapak bisa ga kasi penjelasan tentang tabung impedansi itu..!!!
makasi pak….
pak, sy yuniar mahasiswa TF ITS 2007, kebetulan saat ini saya sedang mengerjakan tugas akhir terkait dengan desain ulang akustik ruang multifungsi di ITS. saat ini saya telah sampai ke tahap akhir yaitu membuat simualasi dari desain yang saya rancang dengan menggunakan software CATT – Acoustic, nah yang saya bingungkan pada software tersebut hanya dihitung T30 dan T15 saja, sedangkan dalam pengambilan data awal ruang tersebut, saya mengukur T60. bagaimana cara menghubungkan antara hasil T30 pada simulasi dengan T60 dari pengambilan data awal saya, karena menurut dosen saya T30 pada CATT itu sama dengan T60. bagaimana menurut bapak? makasih sebelumnya
Yuniar,
T15, T30 dan T60 akan sama harganya apabila slope penurunan energi suara (atau decay curve) nya stabil dari 0 sd -60 dB, karena pada dasarnya index setelah T itu menunjukkan batas penggambaran curve fitting pada decay curve. harga T15 dan T30 dalam CATT sudah diextrapolasi menjadi T60, berdsarkan curve fittingnya masing2. Dicek saja apakah curve fitting T15 dan T30 sama, kalau sama ya kemungkinan besar sama dengan T60. BTW, di CATT bisa kok dihitung T60, gunakan custom Tx saja, bisa diset disana. Eh, di ITS ada CATT juga ya?
Pak,, saya Anggrayni mahasiswa Desain Interior UNS,,
sekarang sedang menjalani Tugas Akhir terkait sistem akustik ruang untuk Hall Keroncong Center..saya mau bertanya mengenai sistem akustik yang baik untuk jenis ruang pementasa khusus musik keroncong itu seperti apa , dan bagaimana menerapkannya agar menghasilkan interior pementasan keroncong dengan kualitas suara yang baik ??
terimakasih..
Anggrayni yang baik, terima kasih sdh berkunjung. Apakah hall nya akan didesain dengan menggunakan sistem tata suara (sound system)? atau fully acoustics? Kalau yang pertama, tinggal pilih sistem tata suara yang bagus, kalau yang kedua ditentukan dimensi ruang, bentuk ruang, sudut2 permukaan ruang, material penyusun permukaan ruang, dan karakteristik musik keroncongnya sendiri. Kalau ada waktu, silkan mampir ke Bandung, atau boleh juga email saya di cettasarwono(at)yahoo(dot)co(dot)uk salamn Joko