Ruang kelas yang ideal semestinya memiliki performansi akustik yang baik untuk berkomunikasi dimana aktifitas wicara (speech) merupakan aktifitas akustik utama yang terjadi. Kondisi akustik ruang kelas yang ideal sampai saat ini masih mengacu pada standard yang sudah lama dipakai yakni ANSI S12.60-2002 American National Standard Acoustical Performance Criteria, Design Requirements, and Guidelines for Schools.
Fokus dalam penelitian lanjutan yang diusulkan adalah melihat secara detail pengaruh pemasangan Absorber-Diffusor (Abfusor) pada akustika ruang kelas dan auditorium, terutama terkait dengan upaya menghasilkan kualitas pendengaran yang sama di seluruh posisi duduk dalam ruangan tersebut(tingkat difusivitas) sekaligusmengurangi kebisingan. Untuk memahami seberapa tingkat difusivitas yang dihasilkan maka, perlu dianalisa komponen refleksi awal dan refleksi akhir dari respon impulse ruang (RIR) yang diperoleh dari pengukuran di lapangan dan simulasi.
Dengan tingkat reverberasi tertentu, energi bunyi yang berhasil dipertahankan dan dihamburkan di komponen refleksi awal akan mengurangi efek comb-filtering pada sinyal uji, yakni mengurangi kemungkinan terjadi pantulan2 pendek (short echoes) dimana akan terdengar seperti suara gumaman yang berlebihan. Isi pembicaraan akan sulit dimengerti. Sementara itu, difusivitas yang terjadi pada komponen refleksi akhir akan menghasilkan sensasi pendengaran seolah-olah medan bunyi melingkupi pendengar dengan sempurna (envelopement sensation).
Eksperimen dilakukan di laboratorium Fisika Bangunan dan Akustik, kelompok keahlian Teknik Fisika ITB dan di Laboratorium Akustik Teknik Fisika UGM.Untuk memahami pengaruh elemen arsitektural dalam ruang-ruang kelas diperlukan kemampuan simulasi komputer yang memodelkan beberapa variasi gubahan geometri ruang didasarkan pada kondisi eksisting dari studi kasus yang dipilih. Beberapa model ruang kelas dan auditorium dengan penerapan bahan absorpsi dan panel difusor telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya. Kondisi eksisting hanya dapat diketahui dengan menggunakan pengukuran lapangan guna menjamin keakurasian simulasi komputer. Karakterisasi dari kualitas pendengaran di dalam ruang-ruang uji tersebut memerlukan evaluasi subyektif terutama untuk mengetahui perubahan tingkat intensitas bunyi (kekerasan bunyi), kejelasan percakapan dan persepsi tingkat reverberasi (dengung) sebelum dan setelah abfusor diterapkan.Dengan metode yang terintegrasi ini, diharapkan hasil penelitian ini bisa langsung digunakan sebagai tolok ukur evaluasi dan perbaikan rancangan akustik di ruang kelas dan auditorium di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.
Team Peneliti: Joko Sarwono, Sentagi S. Utami, Janivita Sudirham, Indra Sihar, plus Mahasiswa TF ITB dan TF UGM