Monthly Archives: May 2013

Sebuah Percakapan terkait Bising Lingkungan Sekolah

A: Is this really happened in our education that our students are taught in classes where they hear without listening, talk without speaking, and know without understanding?

B: to NOT just hear, the students need at least a GOOD listening environment … I’m afraid that MOST of our class rooms are NOT that GOOD enough …, a good listening field will lead to good speaking field and better understanding ….

A: betul itu…basic need berupa sarana dan prasarananya saja belum bisa kita sediakan yah…masih jauh…di lain pihak itu tidak terpikirkan, dianggap sudah ada, given gitu, dan kita dengan kondisi seperti itu harus mengejar indikator ‘angka’ latah lain yang lebih jauh

B: harus dingat betul oleh para pendidik, manusia baru bisa men separasi dengan baik (mean Understanding not just knowing) informasi dari noise pada saat berusia 13-15 tahun …. , karena itu lingkungan audial (terkait bising lingkungan or sumber selain suara guru) kelas-kelas untuk PG, TK dan SD sebenarnya sangat krusial untuk keberhasilan proses pembelajaran ….

B: Rasio Sinyal to Noise yang baik untuk tersampaikannya informasi secara utuh adalah at least 15 dB, semakin tinggi level noise, semakin guru harus raise their Voice level…. akibatknya: cepat capek, cepat stress, cepat marah, dsb…

A: Boleh tuh pak dibuatkan model standard minimalnya untuk kelas. Ini merupakan bagian dari ‘green’ building concept ya…15 dB mah rendah sekali ya pak, material dinding bangunan seperti apa yang bisa pak, tanpa memerlukan bahan kedap suara lagi?

B: maksud nya selisih nya Mas, jd kalau bising latar belakang 50-60 dB, level voice dari guru harus 65 – 75 dB (ini suara orang berbicara lantang), kalau bising latar belakang sudah 60-70 dB (suara lalu lintas), maka level suara guru harus 75-85 dB (mean ber teriak)

A: Okeh…understood kalau begitu..he..he..saya pernah rapat di suatu ruangan dan saya ukur pake hape kebisingan ruangan itu karena AC sentral, dan ternyata sekitar 60dB tuh…he..he.. jadi peserta rapatnya kayak marah-marah…he..he.. Saya paling capek kalau habis ngajar sore hari dan gerimis…he..he.. apalagi kelasnya itu besar. Kayaknya data Bapak ini bisa saya sampaikan di kelas kalau saya minta anak-anak tidak bergemuruh saat saya ngajar…he..he..

B: salah satu penyebab ketidak berhasilan proses pendidikan dan pembelajaran formal di Indonesia adalah ketidak mampuan sarana pendidikan dan pembelajaran untuk mencipatakan kondisi atau state LISTENING …. kondisi atau state yang tercapai hanyalah HEARING …. …. selamat menempuh UN untuk anak anakku tingkat SD, semoga anda semua di sekolah sudah dibekali lewat suatu proses interaksi Listening yang baik, tidak sekedar mekanistik hearing , karena di usia-usia kalian lah BISING lingkungan memiliki pengaruh paling besar untuk mendukung proses memahami (LISTENING)

C: Secara UMUM, dari pengalaman lapangan saya selama ini, penyebab ‘EXCESIVE NOISE’ di SEKOLAH2 di Indonesia ini berasal dari ‘TRAFFIC NOISE’, sementara dari sisi ‘Community Noise’nya tidak begitu dominan, Pak. Solusi yang lebih mudah dan aplikatif adalah dengan KEBIJAKAN Pemerintah untuk menerapkan UU Lalu lintas secara KETAT dan TEGAS, dengan MELARANG pemakaian KNALPOT kendaraan yang NON-STANDARD pabrik-nya, dimana KNALPOT STANDARD pabrik sudah mengalami UJI BISING sebelum produk kendaraan dipasarkan. Yang lebih sulit adalah menerapkan Standard Bangunan Sekolah yg juga menempatkan standard noise sebagai salah satu OBJEKTIF-nya.. !

Micro Perforated Panel

Micro Perforated Panel (MPP) adalah sebuah elemen penyerap energi suara jenis baru. Fungsi utamanya adalah menyerap energi suara yang datang ke permukaannya. Elemen akustik ini merupakan alternatif elemen penyerap suara yang terbuat dari material berpori. MPP berbentuk lembaran tipis yang memiliki lubang-lubang kecil di permukaannya. Ketebalan plat tipis ini pada umumnya dalam range 0.5 – 2 mm, dengan luasan total lubang pada umumnya berkisar 0.5 – 2 % dari luas total plat, tergantung dari aplikasinya.
Dimensi lubang pada MPP tidak lebih dari 1 mm, dengan ukuran umum di range 0.05 – 0.5 mm, yang dibuat dengan proses microperforasi.

Fungsi utama suatu elemen penyerap (absorber) adalah untuk mengubah energi suara atau energi akustik menjadi energi kalor. Pada elemen penyerap tradisional, gelombang suara yang datang pada permukaan elemen dan berpenetrasi ke dalam pori sedemikian hingga menyebabkan osilasi pada partikel udara yang berada dalam pori. Osilasi partikel udara ini akan bergesekan dengan dinding-dinding pori sehingga energi akustik yang dikandungnya akan berkurang dan berubah menjadi kalor. Pada kasus MPP, penetrasi osilasi molekul udara ke dalam lubang-lubang plat akan mengakibatkan gesekan antara partikel atau molekul udara dengan permukaan MPP. Gesekan ini akan mengakibatkan berkurangnya energi akustik yang datang ke permukaan MPP tersebut.

Konsep MPP, yang merupakan pengembangan dari konsep perforated panel dan Helmholtz Resonator, pertama kali muncul pada tahun 1975, diperkenalkan oleh Prof Daa- You Maa. Pada saat ini MPP lebih disukai oleh para akustikawan karena secara estetik memiliki tampak visual yang lebih indah dibandingkan elemen penyerap suara berpori seperti glasswool, rockwool, foam dsb. MPP juga relatif tidak mengakibatkan gangguan kesehatan pernafasan (sebagaimana diakibatkan oleh glasswool yang berbahan serat kaca), lebih tahan api, dan berumur lebih panjang, serta lebih tahan pada lingkungan yang ekstrim (misalnya pada ruang mesin, generator, dsb). Kinerja akustik MPP dapat divariasikan dengan mengubah geometri dan bahan plat nya.

Formasi Elemen Akustik dalam Ruang

Formasi elemen akustik dalam sebuah ruangan akan menentukan kinerja akustik ruang tersebut sesuai dengan fungsi nya. Beberapa catatan berikut dapat digunakan sebagai acuan perancangan formasi penempatan elemen akustik pada ruang dengan fungsi tertentu.

Ruang Kelas: Fungsi utama akustik ruang kelas adalah untuk menciptakan komunikasi dua arah dari guru/dosen ke siswa/mahasiswa dan sebaliknya. Itu sebabnya, kriteria akustik yang diperlukan untuk ruang kelas akan sangat bervariasi bergantung pada level kegiatan pendidikannya. Ruang kelas untuk siswa Playgroup dan TK, akan berbeda dengan untuk SMA ataupun Universitas. Apabila proses pembelajaran lebih dominan dari arah guru/dosen maka formasi berikut dapat digunakan: Elemen Pemantul atau Penyebar pada dinding depan, samping serta langit-langit depan. Elemen penyerap atau penyebar pada dinding belakang serta langit-langit belakang. Lantai bisa keramik atau parket atau karpet.

Masjid: Fungsi utama akustik pada Masjid adalah memastikan suara dari arah Imam/Khotib, sampai dengan energi yang cukup dan intelligibility yang baik, serta envelopment yang cukup ke para jamaah. Formasi yang disarankan adalah Dinding depan elemen pemantul atau penyebar, dinding samping kombinasi pemantulan dan penyerap, dinding belakang penyerap atau penyebar, langit-langit penyerap bila menggunakan sound system atau kombinasi pemantul-penyebar bila tanpa sound system, lantai boleh karpet atau keras (keramik atau parket)

Ruang Auditorium: Fungsi Komunikasi akustik utama di auditorium adalah dari arah stage ke penonton, sehingga diperlukan formasi elemen akustik sebagai berikut: Dinding depan pemantul atau penyebar, Dinding samping kombinasi pemantul – penyerap atau penyebar – penyerap, Dinding Belakang penyerap atau penyebar, langit-langit penyebar atau penyerap, dengan elemen pemantul di area atas panggung, lantai bebas. Bila menggunakan sound system, harus diperhatikan type dan posisi, serta aiming sudut pemasangan.

Ruang Konser Akustik/Philharmonik: Energi suara di ruangan ini diharapkan bertahan selama mungkin dalam batas intelligibility musik yang dimainkan ke seluruh bagian ruangan, sehingga perlu dihindari pemakaian elemen penyerap (diminimalisasi), dan dimaksimalkan penggunaan pemantul dan penyebar pada seluruh bagian permukaan dalam ruangan.

Ruang Studio: Medan suara langsung sangat diperlukan dalam ruangan ini, dan medan suara pantulan diminimalisisr. Formasi elemen akustik yang disarankan adalah perbanyak penyerap di ruang kontrol (bisa dikombinasikan dengan penyebar) dan kombinasi penyerap-penyebar di ruang live.

Kamar Tidur, Living Room, Ruang rawat inap: Kondisi hening sangat diperlukan untuk ruangan-ruangan ini, sehingga diperlukan kombinasi 3 elemen sesuai kondisi bising dan kenyamanan individu.

Ruang rapat: Komponen utama yang diperlukan dalam ruangan ini adalah intelligibility, sehingga disarankan dinding kombinasi penyerap-penyebar, langit-langit dan lantai berlawanan karakteristik (bila lantai penyerap, langit-langit pemantul atau penyebar, dan sebaliknya)

Ruang Bioskop: Medan suara pantul sangat diminimalkan dalam ruangan ini, penonton diminta untuk mendengarkan medan suara langsung dari sistem tata suara terpasang, sehingga mayoritas permukaan ruangan dilapisi elemen penyerap.

Gelanggang Olah Raga: lantai keras, langit-langit kombinasi penyerap-penyebar, dinding kombinasi pemantul-penyerap-penyebar (tergantung bentuk geometri nya)

Ruang Kantor tapak terbuka: Kombinasi privasi dan intelligibility diperlukan dalam ruangan ini, dinding bebas, langit-langit penyerap, lantai bebas. Kunci utama adalah pembagian zona privasi dan intelligibility secara akustik.

Mengendalikan Medan Suara dalam Ruangan

Secara garis besar, permasalahan akustik dalam ruangan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pengendalian medan suara dalam ruangan (sound field control) dan pengendalian intrusi suara dari/ke ruangan (noise control). Pengendalian medan suara dalam ruang akan sangat tergantung pada fungsi utama ruangan tersebut. Ruang yang digunakan untuk fungsi percakapan saja, akan berbeda dengan ruang yang digunakan untuk mengakomodasi aktifitas terkait musik, serta akan berbeda pula dengan ruang yang digunakan untuk kegiatan yang melibatkan percakapan dan musik.
Pengendalian medan suara dalam ruang (tertutup), pada dasarnya dilakukan untuk mengatur karakteristik pemantulan gelombang suara yang dihasilkan oleh permukaan dalam ruang, baik itu dari dinding, langit-langit, maupun lantai. Ada 3 elemen utama yang dapat digunakan untuk mengatur karakteristik pemantulan ini yaitu:

1. Elemen Pemantul (Reflector)

Elemen ini pada umumnya digunakan apabila ruang memerlukan pemantulan gelombang suara pada arah tertentu. Ciri utama elemen ini adalah secara fisik permukaannya keras dan arah pemantulannya spekular (mengikuti kaidah hukum Snellius: sudut pantul sama dengan sudut datang).

2. Elemen Penyerap (Absorber)

Elemen ini digunakan apabila ada keinginan untuk mengurangi energi suara di dalam ruangan, atau dengan kata lain apabila tidak diinginkan adanya energi suara yang dikembalikan ke ruang secara berlebihan. Efek penggunaan elemen ini adalah berkurangnya Waktu Dengung ruang (reverberation time). Ciri utama elemen ini adalah secara fisik permukaannya lunak/berpori atau keras tetapi memiliki bukaan (lubang) yang menghubungkan udara dalam ruang dengan material lunak/berpori dibalik bukaannya, dan mengambil banyak energi gelombang suara yang datang ke permukaannya. Khusus untuk frekuensi rendah, elemen ini dapat berupa pelat tipis dengan ruang udara atau bahan lunak dibelakangnya.

3. Elemen Penyebar (Diffusor)

Elemen ini diperlukan apabila tidak diinginkan adanya pemantulan spekular atau bila diinginkan energi yang datang ke permukaan disebarkan secara merata atau acak atau dengan pola tertentu, dalam level di masing-masing arah yang lebih kecil dari pantulan spekularnya. Ciri utama elemen ini adalah permukaannya yang secara akustik tidak rata. Ketidakrataan ini secara fisik dapat berupa permukaan yang tidak rata (beda kedalaman, kekasaran acak, dsb) maupun permukaan yang secara fisik rata tetapi tersusun dari karakter permukaan yang berbeda beda (dalam formasi teratur ataupun acak). Energi gelombang suara yang datang ke permukaan ini akan dipantulkan secara no spekular dan menyebar (level energi terbagi ke berbagai arah). Elemen ini juga memiliki karakteristik penyerapan.

Pada ruang (akustik) riil, 3 elemen tersebut pada umumnya dijumpai. Komposisi luasan per elemen pada permukaan dalam ruang akan menentukan kondisi medan suara ruang tersebut. Bila Elemen pemantulan menutup 100 % permukaan, ruang tersebut disebut ruang dengung (karena seluruh energi suara dipantulkan kembali ke dalam ruangan). Medan suara yang terjadi adalah medan suara dengung. Sebaliknya, apabila seluruh permukaan dalam tertutup oleh elemen penyerap, ruang tersebut menjadi ruang tanpa pantulan (anechoic), karena sebagian besar energi suara yang datang ke permukaan diserap oleh elemen ini. Medan suara yang terjadi disebut medan suara langsung. Medan suara ruang selain kedua ruang itu dapat diciptakan dengan mengatur luasan setiap elemen, sesuai dengan fungsi ruang.

Untuk pemakaian pengendalian medan suara dalam ruang yang lebih detail, sebuah elemen bisa dirancang sekaligus memiliki fungsi gabungan 2 atau 3 elemen tersebut. Misalnya gabungan Penyerap dan Penyebar dikenal dengan elemen Abfussor atau Diffsorbor, gabungan antara pemantul dan penyebar, dsb. Pola pemantulan 3 elemen tersebut merupakan fungsi dari frekuensi gelombang suara yang datang kepadanya.