Monthly Archives: May 2012

Penataan Loudspeakers pada Ruang Dengar Kritis

Salah satu faktor penting dalam perencanaan Ruang Dengar Kritis (Critical Listening Room) seperti Home Theater, adalah sistem penataan Loudspeakers. Semua sistem tata suara untuk ruangan-ruangan tersebut yang saat ini available di pasar Indonesia pada dasarnya bekerja dengan konsep single sweetspot, alias titik terbagus untuk mendengarkan medan suaranya hanya terletak di 1 posisi saja.
Untuk Sistem Stereo, posisi optimum pemasangan Loudspeaker harus mengikuti kaidah segitiga sama sisi, seperti dapat dilihat di Gambar berikut. Apabila sudut lebih besar dari 60 derajat, maka akan mengakibatkan terjadinya efek “Hole in the Middle” alias “phantom image” yang terjadi tidak stabil. Sedangkan sudut lebih kecil dari 60 derajat, akan mengakibatkan efek stereo yang sempit.

(c) D.M. Howard & J.A. Angus, “Acoustics and Psychoacoustics”, 4ed.


Untuk sistem Multi channels yang lain misalnya sistem 5.1, penataan yang optmimum seperti pada Gambar berikut. Karena sistem ini pada umumnya digunakan untuk mendengarkan musik dan melihat film atau video, target desainnya adalah mendapatkan kesetimbangan kualitas antara speech dan music. Center Loudspeaker pada umumnya digunakan untuk menghasilkan speech intelligibility. Posisinya yang berada di titik phantom image loudspeaker stereo menyebabkan dialog dipresentasikan dalam kondisi mono. (Secara psikologis tidak mengganggu, karena kesan suara akan datang dari arah layar). Rear Loudspeakers menghasilkan diffuse sound field yang pada umumnya digunakan untuk menghasilkan efek-efek yang diinginkan atau memberikan ambient sound dalam menikmati film atau live music. Low Frequency Loudspeaker (Subwoofer), digunakan untuk memproduksi suara-suara dalam nada super rendah (misalnya suara ledakan dan efek2 yang lain). Loudspeaker terakhir ini pada dasarnya bisa ditempatkan dimana saja dalam ruangan.

(c) D.M. Howard & J. A. Angus, “Acoustics & Psychoacoustics”, 4 ed.